BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan
dunia usaha dan industri dengan adanya globalisasi ekonomi telah meningkat
tajam. Berbagai produk yang dihasilkan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen. Globalisasi ekonomi dan era informasi mendorong
industri menggunakan sumber daya manusia lulusan perguruan tinggi yang kompeten
dan memiliki jiwa kewirausahaan. Akan tetapi tidak setiap lulusan perguruan
tinggi memiliki jiwa kewirausahaan seperti yang diinginkan oleh lapangan kerja
tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil lulusan perguruan
tinggi yang memiliki jiwa kewirausahaan. Di sisi lain, krisis ekonomi
menyebabkan jumlah lapangan kerja tidak tumbuh, dan bahkan berkurang karena
bangkrut. Dalam kondisi seperti ini, maka lulusan perguruan tinggi dituntut
untuk tidak hanya mampu berperan sebagai pencari kerja tetapi juga harus mampu
berperan sebagai pencipta kerja. Keduanya memerlukan jiwa kewirausahaan. Oleh
karena itu, agar supaya perguruan tinggi mampu memenuhi tuntutan tersebut,
berbagai inovasi diperlukan diantaranya adalah inovasi pembelajaran dalam
membangun generasi technopreneurship di era informasi sekarang ini.
Pengembangan teknologi akan sangat berpengaruh terhadap daya saing
suatu negara dalam kompetisi global. Inovasi teknologi yang kontinu dan tepat
guna membutuhkan sebuah penguasaan kompetensi serta otoritas ilmiah dalam
implementasi teknologi tersebut. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas sebagai ahli-praktisi dalam masing-masing bidang keilmuan dan
aplikasinya. Di sinilah peran universitas dan institusi pendidikan tinggi dalam
menghasilkan lulusan yang berkompeten dalam pemanfaatan teknologi.
1.2 Ruang Lingkup
Penerapan
ruang lingkup pada makalah ini adalah mengenai:
1.
Pengertian Technopreneurship
2.
Macam – macam hal yang menyangkut Technopreneurship
3.
Hambatan Technopreneurship
4.
Peluang Technopreneurship
1.2
Tujuan dan
Manfaat
Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka dapat
ditentukan tujuan pembuatan paper ini dan manfaat yang di dapatkan pada paper E-Business pada karya ilmiah. Tujuan
dari paper ini ialah:
1. Memberi
penjelasan tentang Technopreneurship dan pengertian.
2.
Mengerti apa yang dapat terjadi di dalam Technopreneurship hambatan maupun resiko.
Manfaat dari paper ini ialah:
1. Dapat
mengerti dan memahami cara dalam menjalankan Technopreneurship.
2. Dapat
membuat karya ilmiah dengan baik dan benar.
1.4 Metodologi Penulisan
Metodologi
yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut:
1. Seminar
Topik-Topik Lanjutan Sistem Informasi
Mendengarkan seminar topik-topik
lanjutan sistem informasi yang berkaitan dengan topik yang dibahas pada makalah
ini.
2. Metode
Studi Kepustakaan
Melakukan pengumpulan informasi melalui
dunia maya atau internet yang dapat dijadikan sumber dan panduan dalam
penulisan makalah ini.
1.5 Sistematikan Penulisan
·
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan apa saja latar belakang penulisan
paper ini, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, dan metologi penulisan
dari paper ini.
·
BAB 2: LANDASAN TEORI
Pada bab ini
dijelaskan teori-teori yang mendukung penulisan paper ini.
·
BAB 3: PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan tentang Research writing skills and plagiarism pada
karya ilmiah.
·
BAB 4: PENUTUP
Paa bab ini kami akan memberikan simpulan dan saran atas
penulisan paper ini.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian Technopreneurship
Technopreneurship adalah kewirausahaan sederhana dalam konteks teknologi intensif.
Proses penggabungan teknologi dan bakat dan keterampilan
kewirausahaan. Technopreneur adalah orang yang menghancurkan tatanan ekonomi yang ada
dengan memperkenalkan produk maupun jasa baru, dengan menciptakan bentuk
– bentuk baru organisasi dan dengan memanfaatkan bahan baku
yang baru. Seseorang yang melakukan resiko yang memiliki kemungkinan keuntungan
membedakan diri melalui kemampuan mereka untuk
mengumpulkan dan mengelola pengetahuan, serta kemampuan mereka untuk sumber
daya dikerahkan untuk mencapai usaha tertentu atau tujuan
social.
Kewirausahaan
adalah cara berpikir dan bertindak yang terobsesi kesempatan, pendekatan
holistik dan kepemimpinan yang seimbang demi tercapai nya tujuan yang di inginkan. Inovasi adalah alat khusus pengusaha, sarana yang
mengeksploitasi perubahan sebagai sebuah kesempatan di
dalam bidang bisnis yang
berbeda atau layanan yang berbeda. Kewirausahaan mengejar peluang tanpa
memperhatikan sumber daya yang saat ini di bawah kendali seseorang.
Untuk mendefinisikan Technopreneurship (technology
entrepreneurship), hal yang harus perhatikan adalah penelitian dan
komersialisasi. Penelitian merupakan penemuan dan penambahan pada ilmu
pengetahuan. Komersialisasi dapat didefinisikan sebagai pemindahan hasil
penelitian atau teknologi dari laboratorium ke pasar dengan cara yang
menguntungkan. Ada sejumlah jalan untuk mengkomersialisasi teknologi,
yakni: lisensi, berpartner, atau menjualnya kepada pihak lain yang akan
mengkomersialisasikannya.
Teknologi merupakan cara atau metode untuk mengolah
sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan
produk yang lebih berkualitas. Dasar-dasar penciptaan tekologi adalah:
kebutuhan pasar, solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan,
perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi, serta modernisasi.
2.2 Karakter
Technopreneur
Karakteristik dari seorang technopreneur. Spirit dan
karakter seorang technopreneur dibentuk oleh 3 (tiga) komponen utama
pembentuk, yaitu:
-
Intrapersonal
-
Interpersonal
-
Extrapersonal.
Interpersonal dan interpersonal
adalah merupakan komponen soft skill, sedangkan extrapersonal
adalah mengintegrasikan kedua soft skill tersebut menjadi berguna di dalam
lapangan
2.3
Penjelasan tentang Entrepreuner &
Entrepreunership
Entrepreuner
adalah orang yang mempertahankan kekebalan dari kontrol rasional pengetahuan
birokrasi. (Weber, 1947)
Entrepreuner
adalah inovator yang mengimplementasikan perubahan di dalam pasar melalui melakukan
kombinasi baru. Ini dapat mengambil beberapa bentuk:
-
pengenalan yang baik baru atau kualitas daripadanya,
-
pengenalan metode produksi baru,
-
pembukaan pasar baru,
-
penaklukan sumber baru pasokan bahan baru atau suku cadang,
-
pelaksanaan organisasi baru industri apapun.
(Schumpeter,
1934)
Entrepreuner
selalu spekulator. Ia berkaitan dengan kondisi tidak menentu dari masa depan.
Keberhasilan atau kegagalan nya tergantung pada kebenaran antisipasi nya tidak
pasti peristiwa. Jika ia gagal dalam pemahamannya tentang hal-hal yang akan
datang ia ditakdirkan (Von Mises, 1949/1996)
Entrepreuner
adalah co-ordinator dan arbitrase. (Walras, 1954)
Aktivitas
Entrepreunership melibatkan
mengidentifikasi peluang dalam sistem ekonomi. (Penrose, 1959/1980)
Entrepreuner
mengakui dan bertindak atas peluang keuntungan, dasarnya adalah
arbitrase. (Kirzner, 1973)
arbitrase. (Kirzner, 1973)
Entrepreunership
adalah tindakan inovasi yang melibatkan endowing sumber daya yang ada dengan baru
kapasitas menghasilkan kekayaan. (Drucker, 1985)
Tindakan
penting dari Entrepreunership adalah
entri baru. Entri baru dapat dicapai dengan memasuki pasar baru atau didirikan
dengan barang atau jasa yang baru atau yang sudah ada. Catatan baru adalah
tindakan meluncurkan usaha baru, baik oleh sebuah perusahaan start-up, melalui sebuah perusahaan yang ada, atau
melalui "bertualang perusahaan internal". (Lumpkin & Dess, 1996)
Bidang
Entrepreunership melibatkan studi
tentang sumber peluang; itu proses penemuan, evaluasi, dan eksploitasi peluang;
dan himpunan individu yang menemukan, mengevaluasi, dan mengeksploitasi
mereka.(Shane & Venkataraman, 2000)
Entrepreunership
adalah suatu proses sosial tergantung pada konteks di mana individu dan tim
menciptakan kekayaan dengan menyatukan paket yang unik sumber daya untuk mengeksploitasi
peluang pasar. (Ireland, Hitt, & Sirmon 2003)
Entrepreunership
adalah pola pikir dan proses untuk menciptakan dan mengembangkan kegiatan
ekonomi dengan pencampuran pengambilan risiko, kreativitas dan / atau inovasi
dengan manajemen yang baik, dalam baru atau organisasi yang ada. (Commission of
the European Communities, 2003)
Semua ini menjelaskan mengapa Entrepreunership dijelaskan dengan cara
yang berbeda. Proses bisnis meliputi identifikasi dan penilaian peluang,
keputusan untuk mengeksploitasi mereka diri sendiri atau menjualnya, upaya
untuk mendapatkan sumber daya dan pengembangan strategi dan organisasi proyek
bisnis baru (Eckhardt dan Shane, 2003). Entrepreunership
adalah “proses di mana individu-baik pada mereka memiliki atau dalam
organisasi-mengejar peluang "(Stevenson dan Jarillo, 1990: 23). Baru-baru
ini mengklaim bahwa jika manajer dan pengusaha dari banyak perusahaan kami
adalah untuk mengadopsi perilaku kewirausahaan ketika mengembangkan strategi
mereka, perusahaan akan menghadapi masa depan yang jauh lebih terang dari
persepsi saat ini menunjukkan (Lee dan Peterson, 2000).
2.4 Kunci Entrepreneurship
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan pengusaha sukses berbagi atribut
pribadi tertentu, termasuk: kreativitas, dedikasi, determinasi, fleksibilitas,
kepemimpinan, semangat, kepercayaan diri, dan "kecerdasan."
-
Kreativitas adalah percikan yang mendorong pengembangan
produk atau jasa atau cara untuk melakukan bisnis baru. Ini adalah dorongan
untuk inovasi dan perbaikan. Ini adalah pembelajaran yang berkelanjutan,
pertanyaan, dan berpikir di luar formula yang ditentukan.
-
Dedikasi inilah yang memotivasi pengusaha untuk kerja
keras, 12 jam sehari atau lebih, bahkan tujuh hari seminggu, terutama di awal,
untuk mendapatkan upaya tersebut dari tanah. Perencanaan dan ide-ide harus
bergabung dengan kerja keras untuk berhasil. Dedikasi membuat hal itu terjadi.
-
Penentuan adalah keinginan yang sangat kuat untuk mencapai
sukses Ini mencakup kegigihan dan kemampuan untuk bangkit kembali setelah
masa-masa sulit. Ini membujuk pengusaha untuk membuat panggilan telepon ke-10,
setelah sembilan telah menghasilkan apa-apa. Untuk entrepreneur sejati, uang
bukanlah motivasi. Sukses adalah motivator; uang adalah hadiah.
-
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk bergerak cepat
dalam menanggapi perubahan kebutuhan pasar. Hal ini menjadi benar untuk mimpi
sementara juga memperhatikan realitas pasar. Ada sebuah cerita tentang seorang
pengusaha yang memulai sebuah toko mewah hanya menjual kue-kue Perancis. Tapi
pelanggan ingin membeli muffin juga. Daripada mempertaruhkan hilangnya
pelanggan ini, pengusaha dimodifikasi
visinya untuk mengakomodasi kebutuhan ini.
visinya untuk mengakomodasi kebutuhan ini.
-
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan aturan
dan menetapkan gol. Ini adalah kapasitas untuk menindaklanjuti untuk melihat
bahwa aturan diikuti dan tujuan yang dicapai.
-
Gairah adalah apa yang membuat pengusaha mulai dan
membuat mereka di sana. Ini memberi pengusaha kemampuan untuk meyakinkan orang
lain untuk percaya pada visi mereka. Hal ini tidak dapat menggantikan
perencanaan, tetapi akan membantu mereka untuk tetap fokus dan untuk
mendapatkan orang lain untuk melihat rencana mereka.
-
Percaya diri datang dari perencanaan yang menyeluruh,
yang mengurangi ketidakpastian dan tingkat risiko. Hal ini juga berasal dari
keahlian. Percaya diri memberikan pengusaha kemampuan untuk mendengarkan tanpa
mudah terpengaruh atau terintimidasi.
-
"Smarts" terdiri dari akal sehat
bergabung dengan pengetahuan atau pengalaman dalam bisnis terkait atau usaha.
Mantan memberikan seseorang naluri yang baik, yang terakhir, keahlian. Banyak
orang memiliki kecerdasan mereka tidak mengakui. Seseorang yang berhasil
membuat sebuah rumah tangga pada anggaran memiliki organisasi dan keuangan keterampilan. Pengalaman kerja,
pendidikan, dan kehidupan
semua berkontribusi untuk kecerdasan.
semua berkontribusi untuk kecerdasan.
2.5 Alasan menjadi Entrepreneur
Sebaliknya,
beberapa orang tertarik untuk menjadi entrepreneur
dengan memperoleh keuntungan dari memulai bisnis. Ini termasuk:
-
Entrepreneur adalah
bos mereka sendiri. Mereka membuat keputusan. Mereka memilih siapa untuk
melakukan bisnis dengan dan pekerjaan apa yang akan mereka lakukan. Mereka
memutuskan apa jam untuk bekerja, serta apa yang harus membayar dan apakah akan
mengambil liburan.
-
Entrepreneur menawarkan
kemungkinan yang lebih besar mencapai imbalan finansial yang signifikan
daripada bekerja untuk orang lain.
-
Ini menyediakan kemampuan untuk terlibat dalam total
operasi bisnis, dari konsep desain dan penciptaan, dari penjualan ke operasi
bisnis dan respon pelanggan.
-
Hal ini menawarkan prestise menjadi orang di biaya.
-
Ini memberikan individu kesempatan untuk membangun kesamaan,
yang dapat disimpan, dijual, atau diteruskan ke generasi berikutnya.
-
Kewirausahaan menciptakan kesempatan bagi orang untuk
memberikan kontribusi. Kebanyakan entrepreneur’s
baru membantu perekonomian lokal. Beberapa contoh mereka inovasi-kontribusi
kepada masyarakat secara keseluruhan.
Beberapa
orang menilai kemungkinan pekerjaan dan karir di mana mereka tinggal dan
membuat keputusan sadar untuk mengejar wirausaha.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Technopreneurship di dalam dunia bisnis
Di dunia ini banyak technopreneur yang
berhasil melakukan komersialisasi teknologi sehingga menjadi produk yang
diterima secara luas di pasar. Contoh pengalaman empiris technopreneur
sukses antara lain adalah Henry Ford yang menciptakan mobil Ford dan
Soichiro Honda yang menciptakan mobil dan sepeda motor merk Honda.
Mereka secara individu melakukan penelitian karena hobi dan
keinginannya sendiri. Tidak semua hasil penelitiannya langsung sukses
secara komersial. Bahkan menurut Soichiro Honda, 99% perjalanan kariernya
adalah kegagalan, 1% membawanya menjadi sukses.
Di Indonesia, masyarakat sangat mengenal teh botol Sosro
yang diciptakan oleh Soetjipto Sosrodjojo mencipatakan teh botol Sosro.
Produk ini merupakan contoh sukses inovasi yang luar biasa, karena memberikan
nilai tambah, diterima oleh masyarakat luas, dan menciptakan pasar baru yang
belum ada pesaingnya.
3.2 Inovasi Technopreneurship
Technopreneurship
bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah penemuan baru
yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan. Inovasi adalah proses adopsi
sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis, yakni:
-
Invensi dan inovasi produk
-
Invensi dan inovasi proses.
Berbagai
kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-temuan baru dalam bidang
teknologi (invensi) yang kemudian dikembangkan sedemikan rupa sehingga
memberikan keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat penggunanya.
Fenomena perkembangan bisnis dalam bidang teknologi diawali dari ide-ide
kreatif di beberapa pusat penelitian (kebanyakan di Perguruan Tinggi) yang
mampu dikembangkan, sehingga memiliki nilai jual di pasar. Penggagas ide dan
pencipta produk dalam bidang teknologi tersebut sering disebut dengan nama technopreneur,
karena mereka mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui
kreasi/ide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui
penjualan produk yang dihasilkan di pasar. Dengan demikian, technopreneurship
merupakan gabungan dari teknologi (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi)
dengan kewirausahaan (bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui
proses bisnis).
Saat ini,
perkembangan bisnis dalam bidang teknologi sebagian besar dihasilkan dari
sinergi antara pemilik ide kreatif (technopreneur), yang umumnya
berafiliasi dengan berbagai pusat riset (seperti Perguruan Tinggi), dengan
penyedia modal yang akan digunakan dalam berbisnis. Hubungan antara tiga unsur
tersebut yang kemudian mendorong berkembangnya bisnis teknologi yang ada di
beberapa negara, misalnya di Sillicon Valley di Amerika Serikat, Bangalore di
India, dan beberapa negara lainnya. Di Indonesia, sinergi ketiga pihak tersebut
belum terbangun dengan baik. Pengembangan berbagai pusat inovasi
dan inkubator bisnis dalam bidang teknologi di beberapa perguruan tinggi dan
lembaga riset merupakan upaya yang positif untuk membangun technopreneurhsip
di Indonesia.
Invensi dan
inovasi yang dihasilkan, serta technopreneurship tidak hanya
bermanfaat dalam pengembangan industri-industri besar dan canggih. Technopreneurship
juga dapat diarahkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat yang memiliki
kemampuan ekonomi lemah dan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Dengan demikian, technopreneurship diharapkan dapat mendukung
pembangunan berkelanjutan (sustainable development).
Technopreneurship
dapat memberikan memiliki manfaat atau dampak, baik secara ekonomi, sosial,
maupun lingkungan. Dampaknya secara ekonomi adalah:
-
Meningkatkan efisiensi dan produktivitas
-
Meningkatkan pendapatan.
-
Menciptakan lapangan kerja baru.
-
Menggerakkan sektor-sektor ekonomi yang lain.
Manfaat dari segi sosial
diantaranya adalah mampu membentuk budaya baru yang lebih produktif, dan
berkontribusi dalam memberikan solusi pada penyelesaian masalah-masalah
sosial. Manfaat dari segi lingkungan antara lain adalah:
-
Memanfaatkan bahan baku dari sumber daya alam Indonesia
secara lebih produktif.
-
Meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya terutama
sumberdaya energi.
3.3 Technopreneurship
di dalam masyarakat
Ada beberapa
bidang invensi dan inovasi yang dapat diprioritaskan untuk memberikan manfaat
kepada masyarakat ekonomi lemah terdiri dari: air, energi, kesehatan, petanian,
dan keanekaragaman hayati (water, energy, health, agriculture, dan biodiversity,
yang biasa disingkat WEHAB). Di bidang-bidang di atas masyarakat ekonomi
lemah di Indonesia banyak menghadapi permasalahan. Pengembangan technopreneurship
dapat diarahkan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Misalnya:
a. Water (Air)
Banyak masyarakat Indonesia yang memiliki akses yang sangat terbatas pada
air bersih, juga petani yang memiliki keterbatasan akses air untuk
irigasi. Tantangan technoprenuership masih sangat terbuka lebar
untuk memberikan solusi teknologi pengadaan air bersih dan efisiensi
irigasi. Contohnya produk teknologi yang dapat ditawarkan antara lain
sistem desalinasi air laut yang murah dan irigasi tetes (drip irrigation).
b.
Energy (Energi)
Dunia saat ini dihadapkan pada kekurangan energi yang kronis.
Lapisan masyarakat terbawah di Indonesia saat ini sudah merasakan kesulitan
yang luar biasa untuk mendapatkan sumber energi baik untuk kegiatan konsumtif
maupun produktif. Tantangan yang besar saat ini untuk menghasilkan
teknologi energi alternatif yang terbarukan, ramah lingkungan, yang terjangkau,
efisien, dan berkelanjutan. Contoh produk teknologi alternatif misalnya
energi listrik tenaga air (microhydro), tenaga angin, pengering tenaga surya,
dan lain-lain.
c. Health
(Kesehatan)
Akses pada fasilitas kesehatan yang memadai serta dan biaya kesehatan
yang mahal masih menjadi masalah utama masyarakat miskin Indonesia. Oleh
karena itu sangat diperlukan alternatif metode pengobatan dan peningkatan
kesehatan yang aman dan terjangkau; teknologi pengobatan/pencegahan terhadap
penyakit spesifik lokal, serta obat-obatan alternatif yang terjangkau terutama
untuk penyakit yang lazim dijumpai di masyarakat tidak mampu. Contoh produk
teknologi alternatif adalah pengembangan produk-produk berbahan baku lokal
menjadi produk herbal terstandar atau fitofarmaka.
d. Agriculture (Pertanian)
Masih sangat banyak masalah di sektor pertanian Indonesia yang umumnya
dihuni oleh kelompok petani miskin. Beragam teknologi dalam bidang
pertanian, perikanan, dan peternakan rakyat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
produktivitas dan nilai tambah pertanian kita.
e. Biodiversity (Keanekaragaman Hayati)
Indonesia memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati nomor dua di
dunia, namun pemanfaatannya saat ini belum banyak memberikan manfaat sosial
yang besar. Beragam sentuhan teknologi diperlukan misalnya penggunaan
keanekaragaman hayati untuk biomedicine dan produk makanan; teknologi
pengolahan yang memanfaatkan dan memberi nilai tambah keanekaragaman hayati
Indonesia dengan tetap mempertahankan kelestariannya.
Bagaimana agar
invensi dan inovasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, Beberapa kriteria
berikut ini dapat digunakan untuk mengembangkan invensi dan inovasi agar
bermanfaat bagi masyarakat, yaitu inovasi dan invensi itu harus:
a. Memberikan
performansi solusi lebih baik dan lebih efisien.
b. Menjawab
permasalahan dan memenuhi karakteristik kebutuhan masyarakat.
c. Merupakan
ide orisinal.
d. Dapat
diterapkan ke pasar dan memenuhi kriteria kelayakan ekonomi.
e. Memiliki
skala pasar dan skala manfaat yang memadai.
f.
Dapat dipasarkan sebagai produk atau jasa.
g. Meningkatkan
produktivitas, pendapatan, dan lapangan kerja bagi masyarakat.
Pada saat ini
di Indonesia secara umum, dukungan terhadap invensi dan inovasi domestik masih
terbatas, belum integratif dan tidak berorientasi pasar, sehingga banyak
invensi dan inovasi yang “layu sebelum berkembang”. Ada kesenjangan yang besar
antara penawaran dan permintaan solusi teknologi bernilai tambah. Selain itu,
dana penelitian dan pengembangan nasional masih terbatas dan kemampuan technopreneurship
domestik masih rendah.
3.4
Promotion & Marketing
Salah
satu keberhasilan penting untuk setiap organisasi adalah memiliki pemasaran
yang baik (Kotler & Armstrong, 2010). Banyak perusahaan animasi tidak
menempatkan penekanan pada pentingnya pemasaran (Aksoy, 2010; Tang, 2010).
Perusahaan animasi perlu melihat melampaui pasar lokal, yang kecil dan terbatas
(Jieh, Hsueh-hua, & Hsiang-chun, 2005; Chan & Loh, 2011). Salah satu
cara bagi perusahaan untuk mempromosikan produk animasi adalah untuk bergabung
pameran perdagangan lokal dan internasional, di mana mereka dapat membuat
penjualan atau mencari investor (Abu, Siti, Siti & Salwa, 2011; Prause, Feuerhake,
& Hochheim, 2012).
3.5
Network & Collaboration
Pengusaha
harus menggunakan aset mereka untuk menciptakan jaringan sosial yang akan
bermanfaat bagi bisnis mereka (Byers T., 2010). Dengan menjadi anggota dari
jaringan atau asosiasi technopreneur dapat memperoleh manfaat seperti
mendapatkan nasihat dari berbagai badan, akses ke sumber daya dan sumber
kreativitas (ab. Aziz, Perumal, & Faizuniah, 2005; Hisrich, Peters, &
Shepard, 2010; Noor, Hazliza, & Dr Siti, 2010). Beberapa perusahaan animasi
akan memiliki jaringan dengan lembaga akademik untuk menciptakan hubungan akademis-industri
(Wu, 2010; Jieh, Hsueh-hua, & Hsiang-chun, 2005). Perusahaan animasi juga
akan berkolaborasi dengan perusahaan lain untuk bekerja pada proyek yang sama,
di mana mereka dapat berbagi sumber daya masing-masing. Selain itu juga akan
terlibat dalam co-produksi dengan perusahaan di negara-negara lain (Warren
& Fuller, 2010; Thomas & Rayadurgam, 2005; Westcott, 2010).
3.6
Diversification
Biaya
produksi sebuah serial TV atau film fitur animasi tinggi, tapi stasiun TV
membeli dengan harga murah. Lebih sering daripada tidak, pembayaran dari
stasiun TV tidak cukup untuk menutupi biaya. Akibatnya, perusahaan perlu
melakukan diversifikasi produk mereka atau
layanan untuk mempertahankan bisnis mereka. Sebagian besar akan menghasilkan pendapatan dari penjualan merchandise (Rasul, 2011; Westcott, 2010). Pendapatan dari penjualan DVD, merchandise dll sangat penting bagi sebuah perusahaan animasi (Kenny & Broughton, 2011). Ada perusahaan yang menjelajah ke kafe dan taman hiburan seperti Disneyland (Markides, 1997).
layanan untuk mempertahankan bisnis mereka. Sebagian besar akan menghasilkan pendapatan dari penjualan merchandise (Rasul, 2011; Westcott, 2010). Pendapatan dari penjualan DVD, merchandise dll sangat penting bagi sebuah perusahaan animasi (Kenny & Broughton, 2011). Ada perusahaan yang menjelajah ke kafe dan taman hiburan seperti Disneyland (Markides, 1997).
3.7 Hardware & software
Memproduksi
animasi membutuhkan hardware kualitas yang baik dan perangkat lunak. Animasi
studio kemungkinan akan dilengkapi dengan teknologi terbaru (Thomas &
Rayadurgam, 2005; Dolbier & Megler, 2005). Namun, peralatan ini mahal dan
untuk perusahaan-perusahaan kecil atau start-up perusahaan, tidak perlu untuk
memiliki peralatan. Sebaliknya mereka dapat menyewa, menggunakan fasilitas yang
diberikan oleh pemerintah atau menggunakan komputasi awan sebagai gantinya
(Rajendran, 2012; MAC3, 2008).
3.8
Content Quality
Teknologi
hanya memainkan peran pendukung dalam animasi, konten adalah raja. Aspek yang
paling penting dari sebuah produk animasi adalah konten (Chen, Wei, &
Huang, 2010; Chan & Loh, 2011; Seton, 2008; KempJackson, 2011). Untuk
menghasilkan kualitas yang baik produk animasi, fokusnya adalah pada
pengembangan konten yang baik, alur cerita yang baik, dan konten asli untuk
pasar internasional (Chan & Loh, 2011; Siti Salwa, Siti Suriawati, &
Abu, 2011; Hassan 2004 , Wu, 2010; Tang, 2010).
3.9
IP
Dengan
memiliki hak paten dan posisi IP yang kuat, bisnis berbasis teknologi lebih
mungkin untuk memiliki keuntungan yang berkelanjutan dan leverage (Preston,
2001; Byers, Dorf, & Nelson, 2011; Yapp, 2011). IP merupakan faktor penting
yang menentukan kelangsungan hidup industri animasi dan daya saing (Chen, Wei,
& Huang, 2010; Wu, 2010).
3.10
Entrepreneurship skills / business know –
how
Dua
keterampilan yang berkontribusi terhadap keberhasilan technopreneurship
keterampilan manajemen teknis dan keterampilan manajemen bisnis (Oakey, 2003).
Kebanyakan technopreneur animasi berasal dari latar belakang yang kreatif, dan
mereka tidak memiliki keterampilan bisnis (Chan & Loh, 2011; Ojala &
Heikkila, 2009). Mereka membutuhkan pelatihan dalam berbagai disiplin ilmu
seperti seni, teknologi dan manajemen (Jieh, Hsueh-hua, & Hsiang-chun,
2005; Bettiol, Di Maria, & Finotto, 2011).
3.11 Government assistance
Studi
sebelumnya telah menemukan bahwa bantuan pemerintah dapat berkontribusi bagi
keberhasilan kewirausahaan (Sebora, Lee, & Sukasame, 2009; Radiah, Mohd
Rosli, & Ab Azid, 2009;. Lerner, 2010). Namun, mungkin tidak menjadi faktor
keberhasilan utama (Robson & Bennett, 2011; Sebora, Lee, & Sukasame,
2009). Industri kreatif & industri animasi akan mendapat manfaat dari
bantuan pemerintah (Zhang, Zhang, & Li, 2010; Chen, Wei, & Huang, 2010;
Yoon, 2008; Thomas & Rayadurgam, 2005). Jenis bantuan pemerintah termasuk
pinjaman dan hibah, implementasi kebijakan, infrastruktur, penasihat bisnis dan
insentif pajak (Mohamed & Syarisa, 2001; Lerner, 2010).
3.12 Access to financial resources
Memiliki
akses ke pembiayaan sebagai salah satu faktor yang berkontribusi terhadap
keberhasilan usaha kecil. (. Radiah, Mohd Rosli, & Ab Azid, 2009; Mohd
Abdullah & Hazianti, 2006). Dukungan keuangan dapat dari pemerintah,
investor swasta, tabungan pengusaha sendiri atau dari keluarga dan teman-teman.
Sebagian besar perusahaan animasi bergantung pada dukungan keuangan pemerintah
untuk membiayai proyek-proyek mereka (Tang, 2010; Wu, 2010; Zhang, Zhang, &
Li, 2010).
3.13
Business location
Setiap
bisnis kreatif memiliki alasan sendiri untuk pilihan mereka di lokasi, dan
hubungan adalah keseimbangan kompleks faktor (Comunian, Chapain, & Clifton,
2010). Perusahaan kreatif sering lebih berhasil di daerah perkotaan yang
beragam (Juara 2010). Faktor-faktor lain dalam pilihan lokasi adalah
ketersediaan ruang kerja dan ruang murah (Aksoy, 2010; Champion, 2010; Heebels
& van Aalst, 2010), daya tarik estetika dan utilitas lingkungan binaan,
dekat dengan pusat kota dan node transportasi utama (Champion, 2010; Abu, Siti,
Siti & Salwa, 2011). Perusahaan akan mendapat manfaat dari lokasi dekat
dengan saingan mereka (Preston, 2001), di mana umum bakat-bakat secara bersamaan
dapat menciptakan kerjasama dan kompetisi (Wu, 2005 seperti dikutip Champion
2010). Perusahaan dapat dengan mudah menemukan karyawan dan infrastruktur yang
tepat dengan menempatkan bisnis mereka di cluster yang tepat (Preston, 2001;
Champion, 2010; Aksoy, 2010).
3.14 Talent pool
Bisnis
di industri kreatif memerlukan kolam yang dalam bakat kreatif (Zhang, Zhang,
& Li, 2010; Wright, Hmielski, Siegel, & Ensley, 2007). Sebuah
perusahaan animasi membutuhkan karyawan dengan keterampilan dalam berbagai
bidang (Jieh, Hsueh-hua, & Hsiang-chun, 2005). Paling sering karyawan
memiliki keterampilan yang tidak sesuai dengan persyaratan pekerjaan
(Bridgstock, 2011; Wu, 2010). Sebagian besar lulusan memiliki keterampilan
teknis
tetapi tidak memiliki keterampilan kreatif (Chen, Wei, & Huang, 2010; Wu, 2010). Perusahaan sering akan mendorong karyawan mereka untuk meningkatkan keterampilan mereka (Wright, Hmielski, Siegel, & Ensley, 2007).
tetapi tidak memiliki keterampilan kreatif (Chen, Wei, & Huang, 2010; Wu, 2010). Perusahaan sering akan mendorong karyawan mereka untuk meningkatkan keterampilan mereka (Wright, Hmielski, Siegel, & Ensley, 2007).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Entrepreneur adalah orang-orang (pemilik
usaha) yang berusaha untuk menghasilkan
nilai, melalui penciptaan atau perluasan kegiatan ekonomi,
dengan mengidentifikasi dan mengeksploitasi
produk baru, proses atau pasar.
Aktivitas Entrepreneurship adalah tindakan manusia giat dalam mengejar generasi nilai, melalui pembentukan atau perluasan kegiatan ekonomi, dengan mengidentifikasi dan mengeksploitasi produk baru, proses
atau pasar.
Entrepreneurship adalah fenomena yang terkait dengan
aktivitas kewirausahaan.
Dan Technopreneurship membangun usaha
di tempat yang belum dilakukan oleh orang lain, dengan menciptakan lapangan
kerja baru, bahan atau modal baru, prosess yang baru, dan pelayanan atau
marketing yang berbeda dari sebelumnya
4.2 Saran
Di
dalam melakukan Technopreneurship ada
beberapa hal yang harus di lakukan sebelum di lakukannya pengambilan keputusan
di suatu usaha, usaha yang di lakukan Technopreneurship
tidak selalu mendapatkan keuntungan, tergantung dari segi sebagaimanakah
seorang pemimpin tersebut melakukan yang terbaik di dalam usaha nya.
Daftar
Pustaka
Bell, C.G. (1991). High-Tech Ventures:
The Guide for Entrepreneurial Success. 1st Edition. Perseus
Publishing.
NCIIA. (2006). Invention to
Venture: Workshops in Technology Entrepreneurship. National Collegiate
Inventors & Innovators Alliance, Madison.
Oden, H.W. (1997). Managing
Corporate Culture, Innovation, and Intrapreneurship. Greenwood Publishing
Group.
Stolze, W.J. Start-up: An
Entrepreneur’s Guide to Launching and Managing a New Business. 2nd
Edition. Rock Beach Press.
Akitan,
B. (2013). “TECHNOPRENEURSHIP AS A STRATEGIC MECHANISM FOR COMMERCIALIZING
UNIVERSITY-CREATED TECHNOLOGY” Lampung University
Walker, K. (2013) “The Technopreneurship
Process: Academic Entrepreneur University Spin-offs”
Rochester Institute of Technology, American
College of Management and Technology, Don Frana Bulića 6, 20000 Dubrovnik
RIThink, 2012, Vol. 2
M.
Ayub Azmi, Roseleena Jaafar & Zulkifli Abdul Majid “Embedding
technopreneurship with mechatronics engineering in outcome-based curriculum
development for postgraduate education in Malaysia” Universiti Teknologi MARA Shah
Alam, Selangor, Malaysia Volume 13, Number 3, 2011 © WIETE 2011
Global Journal of Engineering Education
Kaur P. and
Mr.Mahesh (2011) Belwal “Rural Technopreneruship: An Innovative key to
development” Vol.1, Issue 2
Kamarudin, S. H. and Dr. Sulaiman
Sajilan (2013) “Critical success factors of technopreneurship in the creative
industries: a study of animation ventures”
Rev. Integr. Bus. Econ. Res. Vol 2(1) 2013 Society of
Interdisciplinary Business Research (www.sibresearch.org)
Ucbasaran, D, P H Westhead, & M
Wright. 2001. The Focus of Entrepreneurial Research: Contextual and Process
Issues. Entrepreneurship Theory and Practice(Summer): 57-80.
Shane, S & S Venkataraman. 2000. The
Promise of Entrepreneurship as a Field of Research. The Academy of
Management Review, 25(1): 217-26.
Ireland, R D, M A Hitt, & D G
Sirmon. 2003. A Model of Strategic Entrepreneurship: The Construct and its
Dimensions. Journal of Management, 29(6): 963–89.
Hills, G E, G T Lumpkin, & R P
Singh. 1997. Opportunity Recognition: Perceptions and Behaviors of
Entrepreneurs, Frontiers of Entrepreneurship Research.
Alvord, S, L D Brown, & C Letts.
2004. Social Entrepreneurship and Societal Transformation: An Exploratory
Study. Journal of Applied Behavioural Science, 40(3): 260-83.
U.S. Department of State.
“Entrepreneurship and Small Business.” eJournal USA: Economic Perspectives,
Volume 11, Number 1 (January 2006). http://usinfo.state.gov/journals/ites/0106/ijee/ijee0106.htm
Drucker, Peter F. Innovation
and Entrepreneurship. New York: Harper Business, 1985.
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Ivan Andri
Kurniawan
Tempat,
Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 21 Maret 1992
Jenis
Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Gading Serpong, L’agricola
Cluster azalea AZ 1 No. 10
No.
Telepon :
081311423666
Riwayat
Pendidikan dan Kursus :
Tahun 1997 – 2003 : SD Xaverius 1
teluk betung
Tahun 2003 – 2006 : SMP Xaverius 1
teluk betung
Tahun 2006 – 2009 : SMA Sma
Immanuel Bandar lampung
Tahun 2011 – sekarang : BINUS University
Pengalaman
Kerja :
-
Nama : Satya
Aditama
Tempat,
Tanggal Lahir : Tangerang,
3 Oktober
1992
Jenis
Kelamin : Laki-Laki
Alamat : BSD Sektor 1.3 BC 18
No.
Telepon : 021-56336
Riwayat
Pendidikan dan Kursus :
Tahun 1998 – 2004 : SD Baitul Mall
Tahun 2004 – 2007 : SMPN 161
Tahun 2007 – 2010 : SMAN 108
Tahun 2011 – sekarang : BINUS University
Pengalaman
Kerja :
-
Nama : Franklyn
toar rengkung
Tempat,
Tanggal Lahir : Tangerang,
29 April 1993
Jenis
Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jalan Delima 2 C4 No.15 Pondok Makmur Kota
Bumi
No.
Telepon : 087808717061
Riwayat
Pendidikan dan Kursus :
Tahun 1999 – 2005 : SD Kuta Baru 1
Tahun 2005 – 2008 : SMP Maria Mediatrix
Tahun 2008 – 2011 : SMA Yuppentek 1
Tahun 2011 – sekarang : BINUS University
Pengalaman
Kerja :
-
Nama : Nofal
Priananda
Tempat,
Tanggal Lahir : Jakarta,
9 Febuari 1993
Jenis
Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Serpong Park Blok B7/15 BSD Tangerang Selatan
No.
Telepon :
Riwayat
Pendidikan dan Kursus :
Tahun 1999 – 2005 : Cikal Harapan
Tahun 2005 – 2008 : Al-Azhar BSD
Tahun 2008 – 2011 : Al-Azhar BSD
Tahun 2011 – sekarang : BINUS University
Pengalaman
Kerja :
-
Jadi hambatan ketika kita ingin menekuni bisnis di bidang Teknopreneur itu apa?
BalasHapusLas Vegas Casino - DrmCD
BalasHapusResults 경상남도 출장샵 1 - 평택 출장샵 50 of 3000+ — Las 김해 출장샵 Vegas 강릉 출장샵 Casino Hotel is 남양주 출장마사지 the perfect venue to host your event in Las Vegas. We offer all the necessary equipment to make